Hakikat Belajar, Pembelajaran, dan Perencanaan Pembelajaran yang wajib guru Pahami

 Hakikat Belajar, Pembelajaran, dan Perencanaan Pembelajaran yang wajib guru Pahami


A.    Konsep Belajar/Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu tahapan perubahan tingkahlaku individu yang dinamis sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan unsur kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain, belajar adalah suatu proses dimana kemampuan sikap, pengetahuan dan konsep dapat dipahami, diterapkan dan digunakan untuk dikembangkan dan diperluas. Keberhasilan belajar akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi, senang, serta termotivasi untuk belajar lagi, karena belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam ketrampilan dan cita-cita.

Sebagaimana yang dikatakan Oemar Hamalik (1992:45) bahwa belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap. Namun tidak semua perubahan perilaku berarti belajar. Orang yang kakinya patah karena kecelakaan mengubah tingkah lakunya, tetapi kehilangan kaki (perubahan bentuk) bukanlah belajar. Mungkin orang itu akan melakukan perbuatan belajar untuk mengimbangi kakinya yang hilang itu dengan mempelajari keterampilan-keterampilan baru.


Selanjutnya Gagne, Briggs & Wager (1993:3-11) mengatakan bahwa proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal peserta didik itu sendiri, yaitu pengaturan kondisi belajar. Proses belajar terjadi karena adanya sinergi memori jangka pendek dan memori jangka panjang yang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal, yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar. Melalui inderanya peserta didik dapat menyerap materi secara berbeda. Pengajar mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang dapat berlangsung lancar.

Dengan demikian hakikat proses belajar bertitik tolak dari suatu konsep bahwa belajar merupakan perubahan perbuatan melalui aktifitas, praktik, dan pengalaman. Dua faktor yang menentukan proses belajar adalah hereditas dan lingkungan. Hereditas adalah bawaan sejak lahir seperti bakat, abilitas, dan intelegensi, sedangkan aspek lingkungan yang paling berpengaruh adalah orang dewasa sebagai unsur manusia yang menciptakan lingkungan belajar, yakni guru dan orangtua. Faktor lainnya adalah aspek jasmaniah seperti penglihatan, pendengaran, biokimia, susunan saraf, dan respons individu terhadap perangsang dengan berbagai kekuatan dan tujuannya.

 

B.  Hakikat Pembelajaran


Pembelajaran adalah suatu proses atau upaya untuk mengarahkan timbulnya perilaku belajar peserta didik, atau upaya untuk membelajarkan seseorang. Pembelajaran, sebelumnya dikenal dengan pengajaran, yang dalam bahasa Arab disebut dengan “ta’lim” yang dalam kamus Arab-Inggris karangan Elias & Elias (1982) diartikan sebagai to teach; to educate; to instruct; to train, yakni mengajar, mendidik, atau melatih. Pengertian tersebut sejalan dengan ungkapan yang dikemukakan Syah (1996), yaitu allamal ilma” yang berarti to teach atau to instruct (mengajar atau membelajarkan).

Selanjutnya, istilah pembelajaran dalam bahasa Inggris disebut dengan “instruction”, yang menurut Tardif (1987) bahwa instruction” diartikan sebagai proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan


untuk mencapai tujuan. Sedangkan Reber (1988) mengartikannya sebagai proses perbuatan mengajarkan pengetahuan; dan Degeng (1989) mengistilahkan pembelajaran” sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.

Berdasarkan batasan tersebut di atas, secara implisit tampak bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan: memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti desain pembelajaran.

Istilah pembelajaran memiliki makna yang lebih dalam untuk mengungkapkan hakikat perencanaan pembelajaran, sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Karena dalam kegiatan belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga berinteraksi pula dengan semua sumber belajar yang mungkin dapat digunakan/dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Pembelajaran bukan hanya memperhatikan pada “apa yang dipelajari siswa”, melainkan pada “bagaimana membelajarkan siswa”. Perhatian pada apa yang akan dipelajari” adalah merupakan kajian kurikulum, yang lebih menekankan pada deskripsi tentang apa tujuan yang ingin dicapai dan apa isi pembelajaran yang seharusnya dipelajari siswa. Sedangkan bagaimana membelajarkan siswa lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan, yaitu berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasi isi pembelajaran, dan mengelola pembelajaran.

Simon mengklasifikasi variabel-variabel pembelajaran yang dikenal dengan istilah ilmu merancang (a design science) kedalam 3 komponen, yaitu:

(1) kendala, (2) kegiatan, dan (3) pilihan tujuan. Glaser membuat klasifikasi yang disebut dengan 4 components of psychology of instruction, yaitu: (1) analisis isi bidang studi, (2) diagnosis kemampuan awal siswa, (3) proses pembelajaran, dan

(4) pengukuran hasil belajar (Degeng, 1998).

Klasifikasi lain yang tampaknya lebih rinci dan dianggap memadai sebagai landasan pengembangan suatu teori pembelajaran adalah yang


dikemukakan oleh Reigeluth, Bunderson, dan Merrill (1977). Mereka mempekenalkan empat variabel yang menjadi titik perhatian ilmuan pembelajaran, yaitu:

·         Kondisi pembelajaran (instructional situation) .

·         Bidang studi (subject matter).

·         Strategi pembelajaran (instructional strategy).

·         Hasil pembelajaran (instructional outcomes). Hal ini dapat di lihat pada tabel berikut ini:

 

REIGELUTH

SIMON

GLASER

·         Kondisi

·         Metode

·         Hasil

·         Kendala

·         Kegiatan

·         Pilihan tujuan

·         Analisis bidang studi

·         Diagnosis kemampuan awal siswa

·         Proses pembelajaran

·         Pengukuran hasil belajar

Tabel 1: Perbandingan klasifikasi variabel pembelajaran Reigeluth, Simon, dan Glaser (dikutip dalam Degeng, 1989)

 

Pada perkembangan selanjutnya, Reigeluth dan Merrill, (1978; 1979), Reigeluth, (1979; 1983) memodifikasi pengklasifikasian tersebut menjadi tiga bagian, yaitu:

·         Kondisi pembelajaran (instructional situation).

·         Metode pembelajaran (instructional methods).

·         Hasil pembelajaran (instructional outcomes).

Klasifikasi veriabel-veriabel pembelajaran yang digunakan dalam pembahasan ini adalah klasifikasi Reigeluth, dkk. yang telah mengalami modifikasi dan telah banyak diujicobakan serta diwarnai oleh pemikiran teknologi pembelajaran.

a.  Kondisi Pembelajaran

Kondisi pembelajaran didefinisikan sebagai faktor yang mempengaruhi metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran tersebut akan berinteraksi dengan metode pembelajaran, dan pada hakekatnya tidak dapat dimanipulasi.

b.  Metode Pembelajaran

Metode dan strategi pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda, dan pada dasarnya semua cara itu dapat di manipulasi oleh perancang pembelajaran atau guru. Namun, apabila dalam situasi tertentu, metode pembelajaran tidak dapat dimanipulasi, maka ia akan berubah menjadi kondisi pembelajaran. Sebaliknya, bila kondisi pembelajaran, dalam suatu situasi dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi metode pembelajaran.


c.  Hasil Pembelajaran

Hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang dapat dijadikan sebagai indikator perolehan nilai yang diperoleh sebagai akibat dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran dapat berupa hasil nyata (actual outcomes) dan hasil yang diinginkan (desired outcomes). Actual outcomes adalah hasil yang nyata dicapai dari penggunaan suatu metode dibawah kondisi tertentu, sedangkan desired outcomes adalah hasil yang ingin dicapai, yang sering mempengaruhi keputusan perancangan pembelajaran dalam melakukan pilihan metode yang sebaiknya digunakan.

 

C. Konsep/Hakikat Perencanaan Pembelajaran

a.  Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan Pembelajaran adalah proses menspesifikasi kondisi- kondisi untuk belajar sehingga tercipta strategi dan produk pembelajaran, baik pada level makro maupun mikro. Menurut Ragan & Smith (1992), perencanaan pembelajaran berkaitan dengan proses yang sistematik dalam menterjemahkan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran kedalam suatu perencanaan materi dan kegiatan pembelajaran.

Jadi perencanaan pembelajaran adalah suatu pemikiran atau persiapan untuk melaksanakan tugas mengajar/aktivitas pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran serta melalui langkah-langkah pembelajaran, perencanaan itu sendiri, pelaksanaan dan penilaian, dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Perencanaan berasal dari kata dasar “rencana” yang artinya membuat rancangan sketsa (kerangka sesuatu yang akan dikerjakan). Di dalam ilmu manajemen pendidikan, perencanaan disebut dengan istilah “planning”, yaitu: persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Karena menurut ilmu manajemen, perencanaan berperan:


menentukan tujuan dan prosedur mencapai tujuan, memungkinkan organisasi mendapat sumber daya untuk mencapai tujuan, memperjelas bagi anggota organisasi melakukan berbagai kegiatan sesuai tujuan dan prosedur dan memungkinkan untuk memantau dan mengukur keberhasilan organisasi serta mengatasi bila ada kekeliruan. Peter Drucker dalam A.W. Tunggal (1993) mengatakan ada 3 macam tolok ukur keberhasilan organisasi, yaitu:

1.  Efficiency            = doing things right

2.  Economy              = minimisasi + maksimasi

3.  Effectiveness       = doing the right things

Di antara ketiga ukuran itu menurut Drucker, efektivitaslah yang lebih penting dari efisiensi dan ekonomis, sebab yang penting bagaimana melakukan sesuatu dengan baik (efisien), tapi yang lebih penting adalah bagaimana memilih sesuatu yang baik (goal) untuk dikerjakan (efektif).

Menurut Sudjana (1991: 20) bahwa makna atau arti dari perencanaan/ program belajar mengajar tidak lain adalah suatu proyeksi/perkiraan guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran itu berlangsung.

Briggs (1978: 20) mengatakan bahwa perencanaan pembelajaran adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan sistem penyampaiannya untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tersebut, termasuk di dalammya pengembangan paket pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar, uji coba dan revisi paket pembelajaran dan terakhir adalah mengevaluasi program dan hasil belajar.

Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat diambil suatu pengertian bahwa perencanaan pembelajaran adalah merupakan suatu gambaran umum tentang langkah-langkah yang akan dilakukan seorang guru didalam kelas pada waktu yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Dengan demikian perencanaan pembelajaran merupakan suatu hal yang harus dirancang oleh setiap guru , karena hal ini merupakan salah satu kompetensi yang harus diwujudkannya. Dengan demikian, sebagai seorang


perancang pembelajaran, guru bertugas membuat rancangan program pembelajarannya (meliputi pengorganisasian bahan ajar, penyajian dan evaluasi) yang menjadi tanggung jawabnya sesuai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Dengan kata lain, perencanaan pembelajaran merupakan perencanaan yang sistematik dan suatu pembelajaran yang akan dimanifestasikan bersama- sama (kepada) peserta didik. Dalam rangka hal ini, ada baiknya jika guru lebih dahulu memiliki proses berfikir dalam dirinya; apa yang akan diajarkan, dan materi apa yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan, bagaimana cara mengajarkan serta prosedur pencapaiannya, dan bagaimana guru menilai (untuk mengetahui) apakah tujuan sudah dicapai atau apakah materi sudah dikuasai oleh peserta didik atau belum.

Perbaikan pembelajaran diawali dengan perencanaan pembelajaran, karena perencanaan pembelajaran dapat dijadikan sebagai titik awal dalam upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini berarti bahw perbaikan kualitas pembelajaran haruslah di awali dari perbaikan kualitas perencanaan pembelajaran

Inti dari perencanaan pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Penekanan utama dalam perencanaan pembelajaran terletak pada pemilihan, penetapan dan pengembangan variabel metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Analisisnya akan menunjukkan bagaimana kondisi pembelajarannya dan apa hasil pembelajaran yang diharapkan.


  Sumber: http://repository.uinsu.ac.id/8483/1/Buku%20Perencanaan%20Pembelajaran-full.pdf

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hakikat Belajar, Pembelajaran, dan Perencanaan Pembelajaran yang wajib guru Pahami"

Posting Komentar